Surround

Hustle culture adalah gaya hidup dimana seseorang itu harus selalu sibuk dan kerja dimanapun dia berada, entah itu weekend, atau hari libur. Pentingnya kesadaran akan hustle culture ini akan berpengaruh kepada kesehatan fisik maupun mental, hingga membahayakan nyawa seorang manusia. Keluarga adalah lingkungan sosial erat dan intim yang dimiliki oleh setiap individu, dimana salah satu anggota keluarga menemukan kesulitan dalam hidup mereka akan mendukung dan menemani untuk mengatasinya. Short movie “Surround” adalah sebuah film pendek yang dibuat untuk menggambarkan bahaya dari hustle culture dan pentingnya harmonisasi hubungan keluarga. Rancangan pembuatan film pendek ini dilakukan melaui 3 tahapan, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi, yang didalamnya sudah tersusun perencanaan, persiapan, penyesuaian, pengawasan, dan kerja sama dalam membuat sebuah film pendek. Dari film pendek ini penonton dapat menyadari bahwa dalam mencapai kesuksesan seseorang akan menemukan kesadaran akan sesuatu yang Ia lupakan atau hiraukan, dan semua itu merupakan keputusan yang harus diyakini sebagai sebuah pengalaman dalam perjalanan.
Cerita Dua Sudut

Anak-anak yang memiliki hubungan yang kurang atau bahkan diabaikan oleh orang tua mereka seringkali menghadapi berbagai konsekuensi negatif, seperti rendahnya harga diri, perasaan cemas, dan depresi. Dari hasil pra-survei yang dilakukan pembuat karya ditemukan 28 dari 40 responden anak remaja berusia 17-25 tahun memiliki orientasi percakapan yang rendah dengan orang tua mereka. Hal tersebut menjadi salah satu sebab hubungan yang tidak sehat dengan orang tua. Akibatnya anak-anak yang merasa diabaikan atau kurang diperhatikan cenderung menutup diri dan menjauh dari orang tua mereka. “Cerita Dua Sudut” merupakan film pendek yang memperlihatkan dua sudut pandang dari sebuah konflik antara orang tua dan anak. Karya ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hubungan interpersonal yang sehat di dalam keluarga melalui pengertian dan kasih sayang. Pembuatan film pendek ini dipandu dengan menggunakan Teori Hubungan Interpersonal dan Teori Pola Komunikasi Keluarga. Karya yang melewati tahapan pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi ini dipublikasikan melalui Youtube, serta Instagram sebagai media promosi. Pembuat karya mengharapkan masyarakat khususnya orang tua dan anak dapat mulai mencoba memahami satu sama lain guna menciptakan dinamika keluarga yang harmonis setelah menyaksikan karya ini. Berdasarkan hasil kuesioner evaluasi penonton yang telah diisi oleh 70 responden, film pendek “Cerita Dua Sudut” relevan, mudah dimengerti, pesan yang ada tersampaikan, dan penonton terdorong untuk bisa mencoba mengerti anggota keluarga masing-masing.
SONDER

Kesenjangan sosial adalah salah satu isu yang terjadi di Indonesia. Bagaimana tidak, menurut data World Inequality Report di tahun 2021, rasio kesenjangan pendapatan di Indonesia masih 1:19, yang artinya pendapatan golongan atas 19 kali lebih besar dari golongan bawah. Disamping itu, Bank Dunia mengatakan terdapat 6 lapisan masyarakat di Indonesia, dan tercatat bahwa jumlah golongan atas hanya sejumlah 1,2% dari total masyarakat sementara golongan miskin sebanyak 10,7%. Namun lebih daripada isu global maupun nasional, isu ini juga terjadi dalam lingkup yang lebih kecil seperti pertemanan contohnya. Film pendek “Sonder” menceritakan kehidupan Delon, seorang laki-laki muda dari kelas menengah yang tengah merintis bisnis kafe kecilnya. Suatu malam Ia mengundang 3 orang temannya untuk datang makan malam, namun acara reuni tersebut tidak berlangsung baik karena masing-masing datang dengan membawa keresahan. Masing-masing tokoh merepresentasikan golongan atas, menengah, dan bawah. Semua argumen yang diucapkan berangkat dari pola pikir yang juga berbeda. Semakin memanas, malam itu malah menjadi teror bagi pikiran Delon. Namun di bagian akhir film terkuak bahwa semua itu hanya terjadi di bayangan Delon. Bukan saja pertengkaran itu tak pernah terjadi, bahkan realitanya ia tak pernah memiliki sebuah kafe, ia hanya bekerja di kafe tersebut. Film ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang adanya isu kesenjangan sosial ekonomi serta meredam efek negatif yang bisa saja timbul olehnya. Setiap golongan masyarakat hanya berusaha yang terbaik sesuai pemahaman mereka, tidak perlu saling menyalahkan ataupun memojokkan.
